Memperhatikan berita kekerasan di media membuat semakin miris saja. Merusak minimarket, melukai orang-orang yang ada di jalanan, melakukan rekrutmen anggota dengan cara yang brutal. Beeuuhh....Aksi anarkis yang dilakukan oleh oknum geng motor itu membuat saya bertanya dalam hati (tapi yang ini bukan judul lagunya Ihsan Idol lho...). Apa sebetulnya yang mereka cari? Bagaimana perasaan mereka saat mereka melakukan itu? Atau mereka memang sudah mati rasa?? Hmm..who knows? Ada yang bilang itu karena kurang mendapat perhatian orang tua. Bisa jadi. Seringnya mereka yang anarkis adalah mereka yang dahaga akan perhatian dan kasih sayang. Tapi mengkambinghitamkan keadaan keluarga yang broken tak bisa begitu saja dimaklumi. It's very complicated... Nampaknya aksi bullying semakin marak saja. Yang terakhir aksi geng Gazper di SMAN 34. D'oh...Pelajar itu ya tugasnya belajar toh?? Sah-sah saja sih bikin komunitas, tapi bentuklah dan bergabunglah dengan komunitas yang punya kegiatan positif. Sebelumnya ada Cliff Muntu yang meninggal karena dianiaya seniornya di IPDN (dan kasus kekerasan lainnya di kampus yang sama), ada juga anak SD yang dianiaya oleh teman-temannya sendiri karena terpengaruh tayangan televisi, ada pula kasus penganiayaan orang tua terhadap anaknya. Jadi ini tanggung jawab siapa? Ya tanggung jawab bersama. Klise memang, tapi itulah jawabannya. Peran serta pemerintah-keluarga-sekolah-masyarakat seharusnya bersinergi untuk menuntaskan ini semua. Tapi marilah kita mulai dari diri sendiri. Gampang ko, sebarkan kasih sayang ke sekitar Anda, tebarkan senyum dan niscaya mereka yang mendapat efek senyuman ini akan merasa (paling tidak sedikit) bahagia. Dan kebahagiaan mereka akan tertular ke orang lainnya lagi. Seperti kata Slank, tebarkan PLUR, Peace-Love-Unity-Respect. Maukah Anda mencobanya?
Gambar dari sini.Labels: Pemikiran Mendalam, Sosialita |
kali mulai dengan meniadakan seluruh kegiatan MOS, ospek, apalah segala jenis perploncoan di semua tingkatan ya.. juga dengan stop segala tayangan kekerasan di teve