Cilacap, Jumat, 1 Maret 2007 pukul 06.30 WIB.
Asap tebal menyelimuti sekitar rumah. Jarak pandang hanya 3 meter. Banyak orang berlarian keluar rumah. Ramai. Semuanya menutup hidung masing-masing untuk melindungi paru-paru mereka dari racun asap. Sepeda motor yang lewat semua menyalakan lampu dan berjalan lambat-lambat. Khawatir terjadi kecelakaan. Akupun terbatuk-batuk sambil memicingkan mata. Melawan asap, berusaha melihat keadaan sekitar. Uhuk..uhuk..uuggh...asap itu menolak ketika kularang masuk ke hidungku. Mereka tetap merangsek masuk melalui sela-sela masker yang kugunakan dan mengisi bronkusku. Bah..baunya pun betul betul menyesakkan nafas!! Seandainya pelaksanaan fogging diberitahukan sebelumnya, mungkin aku akan mengungsi sementara ke tempat familiku. Jadi ga perlu merasakan sesak dan bau asap yang begitu tebal. Fogging selesai pukul 07.15 WIB, tapi asapnya benar-benar hilang setelah lewat pukul 09.00 WIB. Aku mendengar dari orangtuaku bahwa fogging ini dilaksanakan setelah salah satu tetangga kami sekeluarga menderita demam berdarah. Sekeluarga? Iya, sekeluarga. Ayah, ibu dan anak-anak. Penyebabnya ternyata tanaman air di halaman rumah mereka yang tak pernah diganti airnya. Alhasil koloni Aides aegepty menjadikan itu sebagai markas besar. Mengingat banyaknya kasus demam berdarah, terutama di Ibukota, apalagi pasca banjir, memang sudah seharusnya pemberantasan nyamuk-nyamuk nakal ini dilakukan. Saat pelaksanaan fogging, saya mendengar salah satu tetangga saya bilang, “Coba ya mba fogging-nya dilakukan serentak, pasti nyamuknya bakalan mati semua. Kalo per wilayah gini, ntar nyamuknya bisa ngabur ke daerah bebas asap. Kan sama aja.” Saya cuma bisa bilang “Hehehe...Iya ya bu..” sambil cengengesan. Tapi menambahkan dalam hati “Iya, kita juga bisa klenger, karena semua area full asap. Lha kita mau menghindar kemana coba???” Labels: Cuma Iseng |