"Susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah."
Begitulah mereka. Awalnya saya ndak mau menilai orang. Ga seorangpun dari kita berhak menilai orang lain, itu yang saya percayai. Tapi kasus yang satu ini nampaknya memaksa saya untuk menempelkan tag tersebut di jidatnya dan di bokongnya. Iya, semacam stempel penanda, begitu. Biar orang lain waspada terhadap orang-orang seperti itu. Ketika ada seseorang menaiki tangga karir atau kejatuhan untung, orang berstempel itu kemudian merasa susah dan berbisik-bisik di belakang (bahkan di depan juga), ngomporin dan ngipasin banyak orang bahwa tangga yang baru saja ditanjaki adalah karena kepandaiannya menjilat. Padahal menjilat itu kan pake lidah, sedangkan naik tangga jelas pake kaki. Trus dimana korelasinya? "Ngapain sih kamu jadi Anu, enakan jadi Inu. Kalo jadi Anu tuh ya harus siap-siap kerja rodi, harus mau dipaksa korupsi, harus mau blah..blah..blah..." Situ kali yang sebenernya pengen jadi Anu tapi ga mampu. Ah..sudahlah ngapain juga saya pusing mikirin makhluk berstempel itu. Anjing menggonggong kafilah berlalu. "Jadi makhluk berstempel itu, anjing to mbak?"
Tauk ah..!!
Labels: Career, Sosialita |
sing sabar mbak...
kenali lawan, kenali kawan..!!
move on..!!
toh juga nanti kinerja yang membuktikan..!! :)
tehaha.blogsome.com